Kamis, 25 Desember 2008

TRANSLETE CHAPTER 13 TEORI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN

TRANSLETE CHAPTER 13

PERENCANAAN POLITIK YANG CERDAS

Sedikitnya terdapat beberapa jenis perencanaan umum yang sering digunakan, hanya yang dimaksud disini: Tanpa strategi atau model perencanaan dan strategi umpan balik memiliki pengertian secara politis telah melakukan suatu kecerobohan. Seluruh pembahasan buku ini menekankan fakta bahwa politik adalah satu bagian utuh dari proses perencanaan; itu tidak bisa disembunyikan di bawah meja gambar atau komputer, atau membiarkan tangan-tangan dari politikus-politikus yang tidak bertanggung jawab. Suatu ukuran dari politik cerdas bahwa seorang perencana harus menguasai segalanya supaya tujuan menjadi efektif.

John Levy mengharuskan agar ada suatu peta politik yang dapat memberikan suatu jawaban; perencanaan ini melibatkan isu-isu lingkungan masyarakat sekitar; isu-isu sering terlihat, dan mengkaitkan kepada tindakan warganegara seperti taruhan keuangan melalui bursa, menyertakan nilai lahan, biaya-biaya perumahan, pajak harta, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi status para warganegara. Pada kasus ini, hampir setiap keputusan perencanaan utama atau tindakan terhadap berpengaruh terhadap konsekuensi-konsekuensi yang mencolok bagi orang-orang. Meskipun keinginan yang dapat dimengerti untuk menguraikan hasil-hasil dari rencana-rencana yang diusulkan di dalam terminologi terdahulunya, di dalam pengaplikasian lapangan sangat sulit untuk dipraktekan; pengujian bersama biasanya mengungkapkan rencana tertentu bahwa, kebijakan, program, atau tindakan untuk menghasilkan suatu derajat tingkat lebih sedikit atau yang lebih besar, kedua-duanya mengalami kemenangan dan kerugian. Apapun bagi pihak yang menang dan merasa dirugikan terhadap perbedaan yang tidak mencolok, di dalam kasus manapun, perencana publik tidak bisa menghindari dari jeratan kekuatan politik yang ada.

Jika para ahli perencana menggunakan sistem politik secara efektif, mereka harus mampu "membaca" struktur dari sebuah kekuasaan di dalam masyarakat tertentu. Sebagai contoh, apakah organisasi-organisasi dan lembaga institusi masyarakat yang paling kuat, dan siapa yang bertugas untuk mengendalikan keputusan-keputusan mereka? Adalah kekuasaan yang dipusatkan di dalam suatu piramida, dengan keputusan-keputusan pengendalian individu atau keluarga-keluarga memiliki peranan utama, piramida ini digambarkan dalam sebuah variabel seperti pendidikan, ekonomi, pengembangan, agama, tenaga kerja, dan seterusnya), masing-masing merupakan bagian dari piramida tersebut?? Sebuah struktur kekuasaan dalam beberapa masyarakat-masyarakat boleh mengkombinasikan kedua-duanya. Hanya tidak semua penduduk didunia; masyarakat-masyarakat lain kelihatannya hampir tidak memiliki struktur kekuatan tenaga. Kepemimpinan di dalam masyarakat sebagian besar menurun/jatuh, dan hanya segelintir orang yang memiliki kepentingan sama yang lainnya hanya mementingkan kebutuhan kelompoknya? Masyarakat yang sudah cenderung memiliki kedewasaan politik dalam sikap terhadap perencanaan dan pengembangan, atau mempunyai gagasan-gagasan progresif untuk melakukan perubahan??? Pada umumnya pemerintah lokal mempunyai hubungan dengan lembaga pusat, institusi bisnis masyarakat sekitar, dan hubungan dengan pemerintah daerah yang lainnya??? Di mana departemen perencanaan mempunyai peranan yang sangat penting: apakah melibatkan masyarakat didalam membuat suatu kebijkan.

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti ini secara kritis perlu diperhatikan oleh para ahli perencana. Masyarakat memiliki toleransi yang tinggi untuk memiliki sikap berubah, dan berusaha untuk mencapai kemajuan sosial di suatu masyarakat, kemudian berkacamata kepada masa lampau dapat berfikir positif dalam bersikap terhadap tantangan-tantangan yang baru. Jika sejumlah kecil orang mengendalikan suatu keputusan-keputusan dari masyarakat yang utama, menuju kepada perencanaan yang tidak selaras dengan itu tujuan adalah hampir dijamin akan membuat frustasi suatu scenario yang telah dibuat. Jika, sebaliknya, banyak kekuasaan tenaga yang dihamburkan, perencana secara politis harus cerdik bisa membaca banyak peluang untuk membentuk persekutuan-persekutuan dan kesatuan-kesatuan di sekitar isu-isu yang spesifik. Singkatnya, kekuasaan politik bisa menggambarkan parameter ketika perencanaa politik sedang berjalan, dan perencana perlu mengetahui sebagian besar tentang parameter-parameter sebelum menerima suatu posisi di dalam masyarakat tertentu. Jika perencana-perencana mengabaikan mereka yang berkuasa”, John Forester menyebutkan dalam bahan tulisannya, "akan meyakinkan mereka menjadi tidak berday. Sebagai alternatif, jika perencana-perencana memahami bagaimana membuat suatu hubungan-hubungan didalam sebuah kekuasaan untuk membentuk proses perencanaan, mereka dapat memperbaiki mutu analisis mereka dan memberdayakan tindakan warganegara dan masyarakat.

Agar berjalan efektif dalam sebuah istilah " banyak sekali politik yang kacau balau berkenaan dengan permasalahan kota, "Nurman Krumholz dan John Forester dalam sebuah tulisannya menyebutkan, ahli perencana harus memiliki “kemampuan profesional, menganalisis organisasi dengan kematangan yang tinggi dan bisa mengartikulasikan arti sebuah kekuasaan politik. Di kota Cleveland, ketika Krumholz bertindak sebagai pemimpin untuk merencanakan, dalam suatu dekade, secara politis bisa mengartikulasikan sebuah perencanaan.

Tidaklah baik membuat suatu keputusan dalam kamar tersembunyi. Pernyataan tersebut memiliki makna dengan maksud untuk mengantisipasi dan menetralkan ancaman-ancaman kepada kumpulan masyarakat pada suatu negara. Pernyataan Cleveland memiliki makna suatu visi yang lebih baik, suatu kota akan memiliki sumbangsih yang banyak dan lebih sedikit kemiskinan, kota yang menjadi tempat pusat segala informasi akan tidak ketergantungan terhadap elite politik, kota sebagai tempat perlindungan tidak cukup hanya disebut segabai pusat keramaian tetapi mengharuskan adanya pemerataan terhadap daerah lainnya seperti dipenjuru daerah. Secara politis para ahli perencana harus bisa melukiskan dan menentukan agenda-agenda, setiap permasalahan yang ada untuk segera diselesaikan. Hal ini berarti akan sering dijumpai para pegawai departemen Negara dan politikus menghabiskan waktunya untuk memikirkan konflik yang tengah terjadi. Membuat suatu perencanaanh haruslah berorientasi untuk melayani golongan yang lemah tidak serta merta hanya mencari kekayaan sepertiti ungkapan Cleveland. Negoisasi terhadap stakeholders dan juga membangun kepercayaan agar reputasi perencaan bisa menjadi akuntabel, kemudian menyediakan bantuan teknis, mengembangkan pencitraan yang kuat kepada media untuk bisa menjaring informasi dan menginformasikan pendapat umum.

Secara politis untuk bisa mengartikulasikan tidak berarti bahwa perencana-perencana harus membela kepentingan politik meraka. Penekaannya hanyalah terhadap kemampuan untuk menggunakan sistem politik secara efektif, untuk menggunakan kecerdasan dalam menjalankan politik, adalah hanya salah satu dari beberapa ketrampilan-ketrampilan yang mendasar bahwa semua ahli perencana yang berkompeten perlu memproses tidak asal-asalan bekerja.

UNSUR-UNSUR DARI KECERDASAN POLITIK

Sangat ironis bahwa sesuatu yang mendasar tentang kesuksesan, perencanaan memainkan peranan yang sangat kecil dalam pelatihan, padahal perencanaan memiliki peranan yang sangat vital dimasa depan. Sementara sekolah-sekolah perencanaan milik negara tersebut sangat banyak dijumpai diseluruh penjuru negeri, kebanyakan mereka hanya berfokus terhadap perhatian di metoda-metoda dari analisa, kerangka hukum tentang perencanaan, teori-teori yang berbasis ideologi, macam spesialisasi fungsional (pembangunan ekonomi, transportasi, dan seterusnya), dan praktek-praktek (di mana penekanan itu menerapkan ketrampilan-ketrampilan dan metodologi yang telah diajar) dibandingkan pada teknik-teknik untuk merencanakan secara efektif di dalam suatu sistem politik. Itu adalah keajaiban kecil, lalu, begitu banyak perencana-perencana yang muda masuk gelanggang yang publik dengan kebimbangan dan ragu-ragu untuk bergabung.

Praktisi perencanaan Linda L.L. Davis menyebutkan: "Menyelamatkan nyawa gelanggang politis bukanlah sesuatu seperti yang anda pelajari ketika kamu belajar perencanaan disekolah. Anda belajar didalam pekerjaan, kadang-kadang melalui kekeliruan-kekeliruan yang mengerikan tetapi lebih sering orang lain menyaksikan untuk melihat apa dikerjakan oleh mereka dan dengan mengadakan percobaan untuk melihat apa yang sedang anda kerjakan. "Ya" jawab pakar pendidikan Karen S.S. Christensen. Untuk memastikan, pendidik-pendidik perencanaan tidak bisa memastikan bahwa para siswa mereka mempunyai "Naluri; bakat akal" tetapi mereka dapat menemukan pola pembelajaran melalui komponen-komponen dari akal. Sementara Davis menekankan sekitar pentingnya pelajaran melalui pengalaman yang sudah tentu memiliki suatu kekuatan, aku lebih simpatik kepada posisi Christensen. Suatu program pendidikan perencanaan bahwa sebagian kecil atau bahkan tidak ada sama sekali tentang perencanaan politik yang harus dipertimbangkan dengan tidak sempurna.

Apa saja yant termasuk unsur-unsur yang paling penting dari kecerdasan politis untuk perencanaan yang berkenaan dengan kota? Christensen membuat suatu daftar beberapa di dalam kutipan yang sebelumnya. Suatu daftar yang lebih panjang yang pernah diutarakan oleh Barry Checkoway, yang mendiskusikan sejumlah ketrampilan-ketrampilan melibatkan di dalam strategi politis yaitu: sasaran tujuan, mengidentifikasi isu permasalahan yang sedang muncul, mengembangkan daerah pemilihan, memilih taktik, membangun struktur organisasi, menemukan dan mengembangkan para pemimpin, mendidik publik, hubungan-hubungan pendirian/penetapan kebijakan publik yang dapat mempengaruhi kebijakan publik, membuat koalisi, dan mempersiapkan terhadap perubahan iklim politik. Dari sumber lain, Guy Benveniste, dalam tulisannya disebutkan secara jelas tentang perencanaan politik, dengan penekanan yang tertentu pada pentingnya ketrampilan-ketrampilan di dalam hubungan kemasyarakatan, bangunan kesatuan, dan negosiasi. Ia menjelaskan sejumlah pengertian yang bermanfaat dalam hal-hal ini (menduplikasi perencana-perencanaan yang pernah ia ikuti, contoh: Direktur perusahaan internasional dari berbagai negara yang pernah diundang untuk mendisain sistem pendidikan baru.

Berikut penulis uraikan unsur-unsur dari kecerdasan politik untuk para ahli perencanaan:

(1) Suatu perencana harus bisa menilai berbagai kemungkinan dan batasan-batasan dari situasi tertentu di dalam berbagai situasi. Kebanyakan kesalahan terjadi karena mereka mengalami ketergesaan dan sifat takut. Ketergesaan yang membebankan di depan (dengan satu aktivitas, proyek, rencana, atau kebijakan) didalam situasi apapun tetapi hanya berharap untuk menang, jelas akan menghilangkan suatu momen penting. Untuk memastikan saat pernah mengalami kegagalan harus dibuat suatu strategi: mencari suatu gagasan untuk didisain kembali, atau mencari dukungan terhadap suatu kelompok; atau untuk membuat dukungan bisa diperlukan di kemudian; atau kerugian itu bisa merupakan suatu awal masuk kedalam suatu rantai dari kejadian atau keputusan-keputusan tersebut sebagai pertanda menuju keberhasilan. Keadaan tergesa-gesa apabila melihat pada kasus-kasus ini, diperlukan tindakan mendasar guna menemukan suatu permasalahan yang sebenarnya.

Sifat alami dari ketakutan merupakan hal yang wajar; takut untuk mulai bertindak, takut gagal dari akibat yang merugikan, di dalam situasi ini kesuksesan adalah suatu kemungkinan yang realistis. Kebanyakan dari kita tidak pernah mau berpikir tentang contoh-contoh dari pelajaran sebelumnya, sering kali ego terhadap kita sendiri. Secara politis untuk memahami perencanaan, penulis menyarankan untuk menghindari kesalahan yang dilakukan dengan sengaja dan memanfaatkan waktu dengan baik. Linda Davis memberikan masukan kepada para ahli perencanaan untuk

Kenalilah diri anda ketika sedang berkelahi dalam suatu pertempuran apabila mengalami kegagalan. Apapun juga yang keahlian teknis yang anda kerjakan, tak peduli entah itu kuat dan posisi dirimu terus terserang, dan tak peduli bagaimana dengan aktif para warganegara ikut terlibat, bahkan "orang penting", akan kehilangan segalanya. Seperti halnya dalam permainan poker, anda harus mengetahui ketika tanganmu memberhentikan kartu dan ketika melipat kartu. Jika tidak, anda akan segera keluar dari permainan.

(2) Korelasi yang tepat kepada dugaan yang akurat adalah suatu keharusan dari pemilihan waktu yang tepat. Mungkin dengan program tertentu bahwa suatu perencana harus memikirkan langkah cepat apa yang harus dilakukan agar memiliki suatu harapan untuk berhasil, kemungkinan keberhasilan yang lebih baik setelah pemilihan kota yang berikutnya; di dalam anggaran tahun yang berikutnya; setelah melalui serangkaian kegiatan dan proses pendidikan guna membuat warganegara lebih ambisius. Sebaliknya, ini juga sebagai indikator menuju prospek yang lebih baik. kesalahan yang paling umum dijumpai dalam perencanaan ialah permasalahan yang berhubungan dengan pemilihan waktu, lalu, adanya ketidaksabaran yang menyebabkan hilangnya peluang. Perencana-perencana cerdik secara politis mampu menghindari kedua-duanya; mereka bersifat trampil pada penentuan langkah tujuan dan penuh kesabaran unuk menunggu kesempatan.

(-3) Suatu perencanaan politik harus mempunyai keahlian berkomunikasi secara konsisten. Di kesempatan yang lain aku sering melihat perencanaan yang dipaksakan, mengaikibatkan banyak ditemui gagasan-gagasan menjadi gagal total. Hal ini sebenarnya dapat dihindarkan ketika melakukan sebuah perencanaan, seperti membuat blue print yang jelas. Grafik, berbasis komputer, dan bentuk komunikasi lainnya adalah sama juga penting. Ketika penulis diminta untuk untuk menilai tingkatan kesiapsiagaan yang dihasilkan oleh para lulusan yang terbaru sekolah-sekolah perencanaan milik negara tersebut, praktisi-praktisi yang menggunakan tenaga mereka kerap kali mengeluh tentang ketrampilan-ketrampilan cara komunikasi mereka yang lemah, sebagai imbasnya, banyak sekolah sudah mulai menempatkan penekanan lebih besar dalam hal ini di tahun terakhir untuk mempersiapkan para lulusannya menjadi profesional dalam hal perencanaan. Penekanan yang harus sering dilakukan adalah Strategi umpan balik yang pernah diuraikan di Bab 11 dengan diperlukan intensitas dan komunikasi yang kompeten antara perencana dan mempunyai hubungan dengan masyarat.

Perencana yang terpelajar secara politik, menurut Krumholz dan Forester,

Ketahui bagaimana caranya menyajikan fokus analisis ke dalam bahasa yang orang lain dapat mengetahuinya/ memahaminya. Mereka harus mengetahui bahwa mereka harus menyajikan fokus analisis secara tepat waktu, apapun dari waktu yang tersedia, dan mereka dapat mendapatkan suatu pencerahan. Untuk mengetahui apa yang disajikan terhadap para audience ataupun pendengar yang memegang buku seorang perencana haruslah bersikap baik ketika melakukan sebuah pelatihan. …tentang bagaimana caranya mengajar kepada pendengar tentang isu-isu penting yang ada. Politik yang cerdas dapat mengartikulasikan perencana-perencana seperti itu kemudian mentransformasikan kepada pendidik-pendidik secara efektif seperti para penyelesai permasalahan atau konsultan.

Ahli perencanaan sering melakukan dialog publik atau presentasi di dalam bermacam forum-forum (tatap muka publik, pertemuan-pertemuan dengan komisi-komisi atau komunitas mereka, dan seterusnya) dialog tersebut bertujuan untuk bermacam keperluan seperti; (untuk menginformasikan, melakukan pendekatan, menguraikan alternatif-alternatif, mengerahkan tindakan, memperbaiki terhadap kerusakan yang ada, melatih pola pikir, bahkan menjamu). Suatu perencanaan yang dilakukan menyeluruh akan menciptakan efektivitas di dalam pembentukan keahlian berkomunikasi dari mereka yang secara teratur berbicara permasalahan publik.

Beberapa kesalahan umum didalam pola komunikasi lisan dalam perencanaan meliputi yang berikut:

· Salah menilai pendengar—terjadinya kesalahpahaman atau ketidakmengertian diantara dua belah pihak.

· Gagal untuk memiliki tujuan sasaran yang jelas mengenai topik pembicaraan

· Menggunakan terlalu banyak jargon yang tidak dimengerti oleh audience

· Melakukan penyerangan terlebih dahulu, tidak relevan, atau lelucon-lelucon a yang tak perlu [sederhana/datar] (lelucon tepat pada waktunya dapat sangat efektif, tetapi merencanakan lelucon-lelucon sering kali gagal apabila tidak pada tempat pokok pembicaraan.

· Kebingungan-kebingungan kerap kali dijumpai oleh audience apabila yang menyampaikan komunikasi tidak memahami akar permasalahan

· Uraian-uraian data yang terlalu panjang, sehingga cenderung menghilangkan

konsentrasi pendengar yang berakibat pada hilangnya konsentrasi audience

· Salah menggunakan teknik sebagai contoh, membaca seluruh teks bacaan, cara bicara terbata-bata tidak ada seni, kontak mata tidak pernah diperhatikan, gestur/pola tubuh yang kaku, kegelisahan, terlalu sering berbicara pada nada yang datar

· Berpakaian terlalu secara formal

· Penggunaan script poin pidato yang akan disampaikan bersifat bermanfaat karena menguraikan poin-poin utama tetapi mestinya tidak berisi teks yang tidak perlu ditulis apabila pembawa pidato bisa menyampaikan untuk pendengar; tidak perlu berisi seluruh point yang kurang penting tetapi cukup point-pointnya saja.

Banyak materi lainnya yang bisa ditambahkan untuk berbicara pada audience dalam hal presentasi yang posotif; setiap perencana harus banyak melakukan pembicaraan di depan umum guna meyakinkan tindakan mana yang mesti dilakukan dan tindakan apa yang tidak seharusnya dilakukan. Hal ini bisa dipahami secara wajar, bagaimanapun untuk menggambarkan komunikasi perlu suatu riset data. Kebanyakan perencana-perencana menjadi para pembicara trampil hanya melalui perhatian dan latihan yang konsisten.

Beberapa dari poin-poin tersebut (mengetahui apa yang diinginkan pendengar nya, mempunyai sasaran jelas, menghindari jargon dan kesalahan teknis) serta adanya pola komunikasi tertulis saat itu juga. Hal ini tentunya dapat membantu ahli perencana ketika sedang menulis secara teknis atau dokumen yang sah, surat peringatan, laporan-laporan (dari bermacam jenis-jenis), dan seterusnya; masing-masing memiliki gaya tersendiri dan secara politis ahli perencana harus bisa menangani semuanya.

Penulisan tidak baik bukanlah suatu perihal yang tidak penting. Kesalahan yang berlebihan, pada hakekatnya, membuat pola statis di dalam sistem masyarakat-masyarakat, dan ketika permasalahan statis itu tidak bisa cepat diselasaikan kepada akan terjadi kesalahan dalam pengiriman/ mendengar pesan. Masing-masing perencana harus realistis di dalam memprediksi ketrampilan penulisan sesuai tingkatan nya. Jika tingkatan ini meragukan, itu adalah jauh lebih baik untuk bersandar kepada sumber yang lain sehingga tidak hanya asal-asalan dalam mengeluarkan isu.

Bekerja dengan media merupakan aspek penting lainnya untuk membuat komunikasi yang efektif. Menyiapkan keterangan untuk diberikan kepada orang lain, mengetahui bagaimana caranya menerjemahkan gagasan-gagasan penting ke dalam televisi, bagaimana memelihara hubungan-hubungan kerja baik yang baik dengan para reporter.

(4) Ahli perencana harus bisa melakukan negosiasi secara efektif. Nigel Taylor mencatat bahwa perencana-perencana harus mampu mengidentifikasi, dan menetapkan komunikasi dengan "para aktor" dari lokal daerah, pada gilirannya gagasan-gagasan perencana itu mempunyai maksud untuk diterapkan kembali. Karena itu para aktor secara umum mempunyai agenda-agenda mereka sendiri, bagaimanapun agenda-agenda mereka tidak akan selalu bersamaan sesuai apa yang telah direncanakan. Lebih dari itu, seperti yang dibahas di Bab 9, perencana bisa menjembatani untuk menengahi antara dua atau lebih kelompok-kelompok lainnya apabila menjumpai agenda berbeda guna menciptakan visi yang sama.

(-5) Namun unsur politis yang cerdas adalah kemampuan untuk membuat dan menggunakan hubungan kekuasaan masyarakat di dalam mengejar hasil-hasil yang diinginkan. Ini berarti menjelaskan bagaimana caranya mengetahui untuk membuat suatu hubungan dengan lingkungan sosial, mengerahkan dukungan, pola komunikasi yang tidak bertentangan dengan lawan politik dan melakukan pendekatan terhadap organisasi-organisasi masyarakat lainnya sesuai dengan nilai yang berlaku. Setiap masyarakat mempunyai bermacam kepentingan publik yang cukup besar atau jika memiliki "pemerintah yang baik" dapat menggolongkan sasaran yang tepat,seiring bersamaan dengan mereka yang berasal dari departemen perencanaan lokal, namun perencana-perencana jarang membentuk persekutuan-persekutuan dengan organisasi-organisasi ini. Perencana-perencana mungkin memperkirakan secara politis akan berdampak berbahaya? Hal ini menunjukan lemahnya pembentukan hubungan yang terbuka dengan organisasi-organisasi di luar pemerintah. Peter Marris, dalam sebuah tulisannya pada tahun 1994:

"Di satu waktu pemerintahan akan mengalami kegalauan, kekacauan ekonomi berkenaan dengan hiruk pikuk permasalahan kota ditemuinya pengabaian pemerintah pusat dan ketidakberpihakan politik, penulis berpendpat bahwa tindakah tersebut sangatlah bertentangan dengan konstituen yang ada, padahal seharusnya mereka membangun elemen-elemen yang memperkuat ketahanan nasional dan mencari solusi-solusi guna menyelesaikan suatu persolan yang tengah dihadapi.

Ini berlaku juga bagi hubungan-hubungan politis dimana setiap agen perencanaan atau diri sendiri kurang memperhatikan lingkungan sekitar. Berkaca terhadap permasalahan tersebut dalam suatu studi kasus sebuah perencanaan di sebuah kota metropolitan Rio de janeiro, Brazil. Linda Gondim menyimpulkan bahwa efektifitas perencanaan "tergantung terhadap kemampuan untuk mengerahkan dukungan dari pejabat-pejabat tertinggi, yang mengendalikan sumber daya, dan 'peran-peran politis. Sebahagian terbesar dari perencana-perencana di dalam studinya dalam praktek perencanaan masih dikontrol oleh para birokrasi hal ini seharusnya bisa terhindarkan. Mereka merasa diri mereka sebagai teknokrat-teknokrat, sistem politik yang dipandang. "Penolakan untuk berhubungan dengan kekuasaan birokrasi di dalam kenyataan yang sehari-hari dalam hal perencanaa organisasi, "dia menyimpulkan, "itu merupakan salah satu faktor penyebab kegagalan.

(6) Perencanaan politik yang cerdas harus mempunyai suatu sistim yang dibangun dengan baik dan mempunyai arah dalam menjalankan aktifitasnya. Keterlibatan politis tanpa nilai-nilai adalah hal yang tidak mungkin, sama istilahnya seperti melayani diri sendiri ketika hanya terpaku pada individualis dan tidak bertindak sebagai makhluk sosial. Mereka yang melibatkan sistem politik tanpa bimbingan nilai-nilai profesional cenderung untuk memandang kekuasaan sebagai keberakhiran dalam dirinya. Perencana yang mencari kekuasaan semata-mata sebagai alat kepuasan pribadi lebih tepat disebut sebagai kemunduran dari perencanaan politik yang cerdas.

(7) Pada akhirnya, perencanaan politik yang cerdas perlu menguasai dan memahami visi dari masyarakat itu sendiri yang berguna untuk masa depan. Seluruh konsep politik yang cerdas akan membuat suatu keadilan didalam masyarakat. Topik ini adalah cukup penting untuk digabungkan pada bab-bab berikutnya.

Sebagai bahan ringkasan, penulis mengusulkan bahwa perencanaan politik yang cerdas meliputi (1) mampu membuat suatu penilaian yang layak dan akurat atas berbagai kemungkinan dan batasan-batasan dari situasi tertentu; ( 2) mempunyai kepekaan terhadap waktu; (3) mempunyai keahlian berkomunikasi secara terkemuka; (4) mampu melakukan negoisasi secara efektif; (5) mengetahui bagaimana caranya membina suatu hubungan dalam kekuasaan masyarakat; (6) berpedoman kepada suatu nilai-nilai profesional; dan (7) mengetahui suatu visi ketika memimpin suatu masyarakat.

(RUDY FITRIAWAN, S.IP,M.SI)

Selasa, 23 Desember 2008

UAS SEMESTER GANJIL

JURUSAN ADM.NEGARA - FISIP UNPAD 2008


Mata Kuliah : Manajemen Perkantoran

Semester/ Jurusan : /Administrasi Negara

Tanggal : (lihat pada pelaksanaan waktu ujian di kartu peserta)

Waktu : Dikumpulkan pada saat jadwal UAS

Sifat Ujian : Dibawa kerumah

Dosen : RUDY FITRIAWAN, S.IP.,M.SI


Catatan:Kerjakan Setiap Soal Secara Berurutan

1.Tidak Diperkenankan menggunakan TIP-EX

2. Dikerjakan Di polio Bergaris tidak ada cap Unpad tidak menjadi masalah beli masing-masing di toko terdekat/ bagi yang mengerjakan di HVS/A4 tidak akan diperiksa

3. Informasi kurang jelas bisa Telepon Pa Rudy NON SMS moal Dibales WKWKWKW (+622276222537)

Soal:

1. Jelaskan Pendapat saudara tentang pengaruh korespondensi terhadap efektifitas organisasi!

2.Jelaskan pendapat saudara tentang pengaruh kearsipan terhadap pengambilan keputusan!
3.Jelaskan pendapat saudara tentang pengaruh Prosedur Kerja terhadap penyelesaian tugas!
4.Jelaskan pendapat saudara tentang pengaruh formulir terhadap keakuratan data atau informasi untuk organisasi


Senin, 22 Desember 2008

Post-Bureaucratic Paradigm : Suatu Rekonstruksi Birokrasi Masa Depan

Kemajuan suatu Negara sangat bergantung pada kemajuan birokrasi pemerintahan dan aparaturnya yang mampu mengelola tata pemerintahan secara efisien. Kini, di tengah pergeseran masyarakat industri menuju masyarakat informasi, bukan saja struktur dan proses bisnis yang didesain ulang, tapi kultur birokrasi pun disesuaikan pengelolaannya. Birokrasi itu dikelola sebaik organisasi bisnis (bussiness style).

Saat ini kemajuan suatu bangsa dipicu oleh pergeseran-pergeseran. Menurut Naisbitt dan Aburdene (2002), kemajuan ditandai dengan :

1. Pergeseran dari teknologi yang menggunakan banyak tenaga manusia menjadi teknologi tinggi dan teknologi tekan tombol (high tech and high touch) .

2. Pergeseran dari ekonomi nasional menjadi ekonomi global.

3. Pergeseran dari perencanaan jangka pendek ke jangka panjang.

4. Pergeseran dari organisasi yang bersifat sentralisasi ke organisasi yang bersifat desentralisasi.

Kondisi tersebut telah memaksa birokrasi pemerintahan memiliki tingkat kinerja sebagus organisasi bisnis yang indikatornya adalah 3E (Economy, Efficiency, dan Effectiveness ). Untuk maksud itulah, banyak organisasi birokrasi berlomba-lomba mengurangi fungsi-fungsi pemerintahannya, antara lain melalui privatisasi.

Adanya pergeseran paradigma dalam mengelola pemerintahan ini memaksa adanya perubahan dalam style birokrasi, yang dulu lebih vertikal-hierarkis, kini dikembangkan menjadi struktur organisasi mendatar dan fungsional, dengan mengembangkan jejaring kerja (networking ). Bahkan gaya kerja organisasi yang cenderung kaku sekarang kelihatan lebih fleksibel akomodatif.

Birokrasi pemerintahan tidak lagi rakus menangani berbagai urusan pemerintahan. Ia juga menyadari bahwa tidak mungkin mengatasi berbagai persoalan bangsa hanya dikelola oleh birokrasi pemerintah. Ia harus memberdayakan rakyatnya dan mendorong sektor usaha untuk berperan maksimal.

Sekarang birokrasi pemerintah terasa ringan karena masyarakat telah pandai mengelola urusannya dan memenuhi kebutuhannya. Dunia usaha pun bias bermitra dengan pemerintah, bahkan mampu menyediakan barang dan jasa serta barang-barang publik tanpa dukungan pemerintah sama sekali. Namun untuk memproteksi konsumen, masih tetap diperlukan regulasi pemerintah.

Dengan demikian, birokrasi di masa depan tidak perlu bekerja keras mengelola semua urusan pemerintahan guna memenuhi dan menyediakan segala apa yang menjadi kebutuhan warganya, apalagi di tengah keterbatasan sumber daya dan sumber dana, birokrasi pemerintah tidak selalu memonopoli berbagai urusan pemerintahan.

Kondisi demikian memaksa birokrasi pemerintah mereposisi peran sentralnya, yang di masa sekarang harus ada role sharing dan berbagi beban serta tanggung jawab dengan warga dan dunia usaha. Ia cukup bertindak sebagai regulator dan fasilitator. Bukankah mengayuh (rowing ) lebih capai dan mengeluarkan energi yang lebih banyak daripada menyetir ( steering ) ?

Jika demikian halnya, birokrasi masa depan tidak lagi semata-mata hanya melaksanakan tugas-tugas pemenuhan akan barang-barang public ( pubic goods ), tetapi melakukan dorongan dan motivasi bagi bertumbuhnya dan berperannya masyarakat dan dunia usaha.

Bila pendekatan tersebut digunakan dalam praktek pengelolaan birokrasi pemerintah, maka efesiensi pembiayaan akan tercapai dan produktivitas birokrasi pemerintahan akan semakin terukur. Mengacu kepada tantangan masa depan yang dihadapi birokrasi pemerintah, kita harus segera merekonstruksi struktur dan kultur birokrasi dengan melakukan berbagai penataan terhadap kelembagaan pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah, bahkan bila perlu sampai ke kelurahan dan desa.

Salah satu ciri birokrasi modern antara lain terlihat dari struktur organisasinya yang ramping, efektif dan efisien, serta mampu membedakan tugas mana yang masih perlu ditangani birokrasi dan mana yang sudah dapat diserahkan kepada masyarakat. Dengan demikian, segala urusan pemerintahan itu tidak seharusnya dimonopoli oleh birokrasi pemerintah.

Kondisi inilah yang oleh Barzelay (1992) disebut sebagai post-bureaucratic paradigm , yang secara operasional lebih menitikberatkan kepada misi, pelayanan, dan hasil akhir ( outcome ), menekankan pemberian nilai kepada masyarakat dan membangun akuntabilitas serta memperkuat hubungan kerja. Dengan demikian, birokrasi masa depan itu tidak hanya menekankan kepentingan publik, efesiensi, kontrol, fungsi, otoritas, serta struktur, melainkan lebih menekankan terhadap norma-norma, memperluas pilihan pelanggan, mendorong kegiatan kolektif, memberikan insentif, dan mengukur serta menganalisis hasil, juga memperkaya umpan balik.

Birokrasi pemerintah di masa depan harus pula diimbangi dengan penyempurnaan system dan prosedur kerja. Hal itu dicirikan sebagai sebuah organisasi yang modern yang cepat, tepat, akurat dengan mempertahankan kualitas, biaya, dan ketepatan waktu dalam menghasilkan produk-produk pelayanannya.

Jadi, birokrasi yang modern, meminjam istilah Kristiadi (1994), tidak lagi berpikir bagaimana membelanjakan dana yang tersedia dalam APBN / APBD, tapi bagaimana membelanjakan anggaran yang terbatas dengan seefisien mungkin dan manfaat apa yang akan diperoleh dari hasil pembelanjaan tersebut ( cost and benefit ).

Untuk menjawab itu semua, tampaknya selain harus ada reorientasi struktur pemerintahan dari vertikal ke horizontal atau mengubah struktur “tall “ menjadi struktur “ flat “, juga lebih banyak melimpahkan wewenang kepada level pemerintahan yang lebih dekat jangkauannya dengan rakyat yang dalam konsep otonomi sekarang disebut terdesentralisasikan. Ini yang akan membuat pemerintah lebih aspiratif dan akomodatif serta keputusannya bisa dilaksanakan secara lebih cepat dan lebih tepat, dan juga akan membuat pemerintah lebih dekat dengan rakyat. (Dr. Edi Siswadi MSi. )